Senin, 22 April 2013

askep dermatitis

Asuhan Keperawatan Dermatitis

, Contoh Asuhan Keperawatan , , Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
actopic dermatitis cheecks 300x179 Asuhan Keperawatan Dermatitis
A.Landasan Teoritis Penyakit
1.Defenisi
            Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal  ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.

2.Klasifikasi
a)      Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
  • Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
  • Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No.
Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelasEritema sangat jelas Batas tidak begitu jelasEritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam, bila iritan di angkat reaksi akan segera Bila sesudah 24 jam bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.
b)      Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural..
c)      Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d)     Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
  1. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
  2. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
  3. Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk
  4. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
  5. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.
3.Etiologi
            Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. ( Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta” )
            Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
a)      Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
b)      Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

4.Manifestasi Klinis
            Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a)      Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b)      Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c)      Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang :
a)      Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b)      Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a)      Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b)      Urin : pemerikasaan histopatologi
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a)      Terapi sitemik à Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b)      Terapi topical à  Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c)       Diet à Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

7. Komplikasi
a)      Infeksi saluran nafas atas
b)      Bronkitis
c)      Infeksi kulit
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.Pengkajian Identitas Klien
Nama               :
MR                  :
Masuk ke RS   :
Tanggal Lahir :
Umur               :
Jenis kelamin   :
Agama             :
Alamat            :
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
  • Riwayat kesehatan dahulu
  • Riwayat kesehatan keluarga
  • Riwayat kesehatan sekarang
c. Pemerikasaan Penunjang

Pengkajian 11 Funggsional Gordon
  1. 1.      Pola Persepsi Kesehatan
  • Adanya riwayat infeksi sebelumya.
  • Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
  • Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
  • Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
  • Hygiene personal yang kurang.
  • Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
  1. 2.      Pola Nutrisi Metabolik
  • Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
  • Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
  • Jenis makanan yang disukai.
  • Nafsu makan menurun.
  • Muntah-muntah.
  • Penurunan berat badan.
  • Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
  • Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
  1. 3.      Pola Eliminasi
  • Sering berkeringat.
  • tanyakan pola berkemih dan bowel.
  1. 4.      Pola Aktivitas dan Latihan
  • Pemenuhan sehari-hari terganggu.
  • Kelemahan umum, malaise.
  • Toleransi terhadap aktivitas rendah.
  • Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
  • Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
  1. 5.      Pola Tidur dan Istirahat
  • Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
  • Mimpi buruk.
  1. 6.      Pola Persepsi Kognitif
  • Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
  • Pengetahuan akan penyakitnya.
  1. 7.      Pola Persepsi dan Konsep Diri
  • Perasaan tidak percaya diri atau minder.
  • Perasaan terisolasi.
  1. 8.      Pola Hubungan dengan Sesama
  • Hidup sendiri atau berkeluarga
  • Frekuensi interaksi berkurang
  • Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
  1. 9.      Pola Reproduksi Seksualitas
  • Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
  • Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
  1. 10.   Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
  • Emosi tidak stabil
  • Ansietas, takut akan penyakitnya
  • Disorientasi, gelisah
  1. 11.  Pola Sistem Kepercayaan
  • Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
  • Agama yang dianut

2. Asuhan Keperawatan

No. NANDA NOC NIC
1. Kerusakan Integritas KulitData Penunjang :
  • · Kulit luka, gatal, warna kulit hitam abu2, kering bersisik
  • · Turgor kulit jelek
Integritas Jaringan: Kulit & Membran Mukosa
  •  Sensasi IER
  • Elestisita IER
  • Hidrasi IER
  • Pigmentasi IER
  • Perspirasi IER
  • Warna IER
  • Tekstur IER
Pengawasan Kulit
  • Amati warna, kehangatan (suhu), bengkak, getaran, tekstur, edema, dan nanah pada ektremitas
  • Periksa kemerahan, perubahan suhu yang ekstrim, atau drainase dari kulit dan membran mukosa
  • Pantau sumber tekanan dan pergeseran
  • Pantau infeksi, khususnya pada daerah edematous
  • Pantau area yang tidak berwarna dan memar kulit dan membrane mukosa
  • Pantau kelainan kekeringan dan kelembaban kulit
  • Periksa keketatan pakaian
  • Catat perubahan kulit atau membrane mukosa
  • Tegakkan ukuran untuk pencegahan lanjutan yang lebih buruk
2. Nyeri Data penunjang :
  • Mengatupkan rahang / mengepalkan tangan
  • Agitasi
  • Ansietas
  • Perubahan pola tidur
  • Menarik diri bila disentuh
  • Mual dan muntah
  • Gambaran kurus
Kontrol Resiko
  • Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
  • Ekspresi wajah tenang
  • klien dapat istirahat dan tidur
v/s dbn
Manajemen Nyeri :
  • · Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).
  • · Observasi  reaksi NV dr ketidak nyamanan.
  • · Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya
  • · Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
  • · Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
  • · Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
  • · Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
  • · Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
  • · Monitor TTV
DAFTAR PUSTAKA
            Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta
Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI, Jakarta.

askep DBD

Asuhan Keperawatan Demam Berdarah

Asuhan Keperawatan Contoh , , Demam dengue / DF adalah penyakit yang terutama terdapat padaanak remaja atau orang dewasa, dengan tanda – tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yangdisertai leukopedia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yanghebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa yang mengecap yang terganggu, trombositopenia ringandan bintik – bintik pendarahan spontan.
Konsep Dasar Penyakit Demam Berdarah, Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
nyamuk demam berdarah 300x219 Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
DEFINISI
Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever / ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan /atrau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopedia dan diatesishemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatanhematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan / syok.
Demam dengue (dengue fever, selajutnya disingkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat padaanak remaja atau orang dewasa, dengan tanda – tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yangdisertai leukopedia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yanghebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa yang mengecap yang terganggu, trombositopenia ringandan bintik – bintik pendarahan spontan.Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengandemam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa,dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam(rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata,rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan(Noer, dkk, 1999).Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yangmasuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
EPIDEMIOLOGI
Demam bedarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indonesiamerupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Penularan infeksi virusdengue terjadi melalui vector nyamuk genus aedes (terutama
A. aegypti
dan
A. albopictus
).Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersediannya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dantempat penampungan air lainnya).Beberapa factor diketahui berkaitan dengan peningkatan tranmisi virus dengue yaitu :1.vector : perkembangan baikan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di lingkungan,transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain.2.pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan terhadapnyamuk, usia dan jenis kelamin.3.lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.
Etiologi
  • Gigitan nyamuk Aedes Aigypti
Manifestasi klinik
Manifestasi perdarahan :
Ø  Uji Tourniquet  dinyatakan positif  apabila > / ═ 10 petekie pada diameter 1 inci 2,5 cm.
Ø  Petekie, ekimosis, atau purpura
Ø  Perdarahan mukosa ( epistaksis, perdarahan gusi )
Ø  Hematemesis, melena
Ø  Trombositopenia  < 100.000/mm³ *). Biasanya  mulai   hari  ke 3  dan kembali normal  7 – 10 hari sejak permulaan sakit.
Manifestasi kebocoran plasma :
Ø  Peningkatan hematokrit > / = 20 %  
Ø  Penurunan hematokrit > / = 20 % setelah pengobatan
Ø  Efusi pleura, asites, edema palpebra, atau hipoproteinemia (khususnya albumin)
Manifestasi Syok :
Ø  Nadi lemah / kecil dan cepat
Ø  Tekanan nadi menurun (, 20 mmHg )
Ø  Hipotensi sesuai umur
Hipotensi ditentukan dengan tekanan sistolik < 80 mmHg (10,7  kPa) bagi mereka dengan usia kurang dari 5 tahun, atau < 90 mmHg (12,0 kPa) bagi mereka yang berusia lebih atau sama dengan 5 tahun. (Monica Ester, 1999)
Ø  Kulit dingin dan lembab
Ø  Gelisah dan lemah
Ø  Kencing < 1 cc/ Kg BB/Jam ( Oliguria )
Ø  Perfusi jaringan menurun
Ø  Nafas cepat dan dalam
Ø  Kesadaran menurun
(Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD, 1999)
Kriteria DBD menurut WHO (WHO, 1997) :
1.      Klinis :
Ø  Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
Ø  Terdapat manifestasi perdarahan : RL tes positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
Ø  Pembesaran hati / hepatomegali
Ø  Syok
2.      Laboratorium :
Ø  Trombositopenia (100.000 mm³  atau kurang)
Ø  Hemokonsentrasi : peningkatan hematokrit 20 % menurut standar umur dan jenis kelamin.
Derajat DBD  
Derajat I
:
Demam disertai uji tourniquet positif
Derajat II
:
Derajat I disertai perdarahan spontan
Derajat III
:
Derajat II disertai kegagalan sirkulasi / syok (hipotensi, akral dingin, tekanan nadi < 20 mmHg)
Derajat IV
:
Derajat III disertai syok yang berat (profound syok) : nadi tidak teraba, tekanan darah  tidak terukur
Patofisiologi
Ada dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DBD / DSS. Pertama adalah peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibat-kan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah, dan tanda syok lain, bila ke-hilangan plasma sangat membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia, dan koagulopati.
Temuan konstan pada DBD / DSS adalah aktivasi system komplemen, dengan depresi besar C3 dan C5. Mediator yang meningkatkan permeabilitas vascular dan mekanisme pasti fenomena perdarahan yang timbul pada infeksi dengue belum teridentifikasi. Kompleks imun telah ditemukan pada DBD tetapi peran mereka belum jelas.
Defek trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif yaitu beberapa trombosit yang bersirkulasi selama fase akut DBD mungkin kelelahan (tidak mampu berfungsi normal). Karenanya, meskipun klien dengan jumlah trombosit lebih besar dari 100.0000 mm³  mungkin masih mengalami masa perdarahan yang panjang.
Mekanisme yang dapat menunjang terjadinya DBD / DSS adalah peningkatan replikasi virus dalam makrofag oleh antibody heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus dari serotip yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi saat kompleks antibody-virus dengue masuk ke dalam sel ini. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi di media oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan plasma dan perdarahan yang terjadi pada DBD. (Monica Ester, 1999)
                                                            
Fase-fase pada DBD :
1.      Fase Inkubasi : 9-11 hari
2.      Fase Akut       : hari ke 1-3
3.      Fase Kritis     : hari 4-6
4.      Fase Penyembuhan : hari 7-10                                                                                                           
Apabila setelah hari ke 7 masih terjadi kenaikan suhu badan perlu dipikirkan 3 hal :
1.      Proses pirogen : karena infuse terlalu lama
2.      Proses alergi
3.      Proses infeksi
            (Materi Pelatihan Keperawatan Profesional Dasar Anak, 2002)
Komplikasi
1.      Syok
2.      Sepsis
3.      Ensefalopati
4.      Gagal Ginjal Akut
5.      Edema pulmo
6.      Perdarahan GIT
7.      Perdarahan Intra Kranial
8.      DIC
     (Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2004)
Pemeriksaan Penunjang
1.      AT dan Hmt serial, Hb, Gol darah, CT, BT
2.      Ro thorak : adakah efusi pleura
3.      USG : kelainan vesika felea
      (Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2004)
Penatalaksanaan
1.      Keperawatan
a.       Memonitor vital sign
b.      Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
c.       Memonitor tanda dehidrasi dan overhidrasi
d.      Memonitor tanda-tanda syok
e.       Memonitor perdarahan dan kebocoran plasma
f.       Mengelola infuse dan tranfusi
g.      Memenuhi kebutuhan nutrisi
h.      Mengontrol dan mengatasi demam
i.        Tirah baring
j.        Mengelola pemberian oksigen jika diperlukan
2.       Medis
a.       Terapi intravena : RL, Asering
b.      Tranfusi sesuai kebutuhan : plasma , trombosit, Whole Blood
c.       Antipiretik : paracetamol 10 mg/kg BB/pemberian. Tidak boleh diberikan aspirin, Proris / ibuprofen dapat memperberat trombositopenia
d.      Oksigenasi jika diperlukan
e.       Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati, atau jika ada infeksi sekunder
Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas : umur, alamat  (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena DB ?)
b.      Riwayat Kesehatan
1)      Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi
2)      Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3)      Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4)      Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
5)      Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6)      Riwayat imunisasi
c.       Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)
2)      Pemeriksaan persistem
a)      Sistem persepsi sensori :
Ø  Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal
Ø  Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
b)      Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
c)      Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles
d)     Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
e)      Sistem gastrointestinal :
Ø  Mulut : membran mukosa lembab / kering, perdarahan gusi
Ø  Perut  : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi,    nyeri, asites, lingkar perut ?
Ø  Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi,  darah,  melena
f)       Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ?
g)      Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria  / anuria
d.      Pola Fungsi Kesehatan
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2)      Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3)      Pola eleminasi
a)      Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau,  darah
b)      Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4)      Pola aktifitas dan latihan
5)      Pola tidur dan istirahat
6)      Pola kognitif dan perceptual
7)      Pola toleransi dan koping stress
8)      Pola nilai dan keyakinan
9)      Pola hubungan dan peran
10)  Pola seksual dan reproduksi
11)  Pola percaya diri dan konsep diri
Diagnosa Keperawatan
1)      Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,  viremia
2)      PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,
3)      Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial), hospitalisasi.
4)      Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
5)      Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas
6)      Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru
7)      Resiko kelebihan volume cairan
Rencana Keperawatan
1.
Hipertermi b.d, pening-katan metabolik, viremia
Batasan karakteristik :
-          Suhu tubuh > nor-mal
-          Kejang
-          Takikardi
-          Respirasi meningkat
-          Diraba hangat
-          Kulit memerah
Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama … X 24 jam suhu badan pasien normal,  dengan kriteria :
Termoregulasi (0800)
-          Suhu kulit normal
-          Suhu badan 35,9˚C-  37,3˚C
-          Tidak ada sakit kepa-la / pusing
-          Tidak ada nyeri otot
-          Tidak ada perubahan warna kulit
-          Nadi, respirasi dalam     batas normal
-          Hidrasi adequate
-          Pasien menyatakan   nyaman
-          Tidak menggigil
-          Tidak iritabel / gra-gapan /   kejang
Pengaturan Panas (3900)
1.       Monitor suhu sesuai kebutuhan
2.       Monitor  tekanan darah, nadi dan respirasi
3.       Monitor suhu dan warna kulit
4.       Monitor dan laporkan tanda dan gejala  hipertermi
5.       Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6.       Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang    tinggi
7.       Berikan obat antipiretik
8.       Berikan obat  untuk mencegah atau me-ngontrol  menggigil
Pengobatan Panas (3740)
1.       Monitor suhu sesuai kebutuhan
2.       Monitor IWL
3.       Monitor suhu dan warna kulit
4.       Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5.       Monitor derajat penurunan kesadaran
6.       Monitor kemampuan aktivitas
7.       Monitor leukosit, hematokrit, Hb
8.       Monitor intake dan output
9.       Monitor adanya aritmia jantung
10.    Dorong peningkatan intake cairan
11.    Berikan cairan intravena
12.    Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin
13.    Dorong atau lakukan oral hygiene
14.    Berikan obat antipiretik untuk mencegah klien menggigil / kejang
15.    Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16.    Berikan oksigen
17.    Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila.
18.    Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut
19.    Anjurkan klien memakai   baju berbahan dingin, tipis dan menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1.       Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2.       Berikan tempat tidur dan kain / linen yang bersih  dan nyaman
3.       Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1.       Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2.       Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3.       Cuci tangan sebelum dan sesudah me-lakukan  kegiatan perawatan klien
4.       Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan  SOP
5.       Berikan perawatan kulit di area yang odem
6.       Dorong klien untuk cukup istirahat
7.       Lakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik
8.       Anjurkan klien minum antibiotik sesuai advis dokter
2.
PK: Syok hipovolemia b.d kebocoran plasma, perdarahan , dehidrasi
Setelah dilakukan tindak-an / penanganan   selama 1 jam   diharapkan klien mempunyai perfusi yang adekuat, dengan criteria :
Kriteria hasil :
-          Amplitudo nadi perifer  meningkat
-          Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)
-          Tekanan darah dalam rentang normal
-          CVP > atau = 5 cm H2O
-          Frekuensi jantung teratur
-          Berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang
-          Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
-          Akral hangat
-          Nadi teraba
-          Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit normal
-          Berat badan stabil dan dalam batas normal
-          Kelopak mata tidak cekung
-          Tidak demam
-          Tidak ada rasa haus yang sangat
-          Tidak ada napas pen-dek /kusmaul
1.       Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler lambat.
2.       Pantau tekanan darah pada interval sering ; waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di bawah rentang normal klien atau indicator lain dari hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin menurun.
3.       Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi telentang untuk meningkatkan aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
4.       Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan keadekuatan aliran balik vena dan volume darah; 5-10  cm H2O biasanya dianggap rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0 menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan pada hipovolemia.
5.       Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah, konfusi, penurunan tingkat kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi klien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah. Reorientasikan klien sesuai indikasi.
6.       Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak teratur.
7.       Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.
8.       Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan edema.
9.       Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan volume vaskuler. Jenis dan jumlah cairan tergantung pada jenis syok dan situasi klinis klien : RL, Asering
10.    Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU
(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen : 1996)
3.
Takut b.d prosedur pe-ngambilan darah, hos-pitalisasi, pengalaman / lingkungan yang kurang bersahabat. (00148)
Batasan karakteristik :
-          Panik
-          Teror
-          Perilaku menghindar atau menyerang
-          Impulsif
-          Nadi,  respirasi,  TD sistolik meningkat
-          Anoreksia
-          Mual, muntah
-          Pucat
-          Stimulus sebagai ancaman
-          Lelah
-          Otot tegang
-          Keringat meningkat
-          Gempar
-          Ketegangan me-ningkat
-          Menyatakan takut
-          Menangis
-          Protes
-          Melarikan diri
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X 24 jam rasa takut klien berkurang, dengan criteria :
Fear control (1404) :
-          Klien tidak menye-rang atau menghin-dari sumber yang menakutkan
-          Klien menggunakan teknik relaksasi   un-tuk mengurangi takut
-          Klien mampu meng-ontrol respon takut
-          Klien tidak melarika diri
-          Durasi takut menu-run
-          Klien kooperatif saat dilakukan perawatan dan pengobatan
Anxiety control (1402)
-          Tidur pasien adekuat
-          Tidak ada manifes-tasi fisik
-          Tidak ada manifes–tasi perilaku
-          Klien mau berinter-aksi sosial
Coping enhancement  (5230)
1.       Kaji respon takut klien : data objektif dan subyektif
2.       Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3.       Terangkan klien / keluarga tentang semua pemeriksaan dan pengobatan
4.       Sampaikan sikap empati (diam, mem-berikan sentuhan, mengijinkan menangis, berbicara dll)
5.       Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
6.       Berikan pilihan yang realistic tentang aspek perawatan
7.       Dorong klien untuk melakukan aktifitas social dan komunitas
8.       Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1.       Jelaskan semua prosedur termasuk pe-rasaan yang mungkin dialami selama menjalani prosedur
2.       Berikan objek yang memberikan rasa aman
3.       Berbicara dengan pelan dan tenang
4.       Membina hubungan saling percaya
5.       Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan pasien
6.       Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7.       Ciptakan suasana saling percaya
8.       Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi klien dan takut secara verbal
9.       Berikan aktivitas/peralatan yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
10.    Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
11.    Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan kesukaan dari rumah
12.    Mengusahakan untuk tidak mengulang pengambilan darah
13.    Libatkan orang tua dalam perawatan dan pengobatan
14.    Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
4.
Defisit self care berhu-bungan dengan kelemah-an
NOC:
Perawatan diri :
(mandi, Makan Toiletting, berpakaian)
Setelah diberi motivasi perawatan selama ….x 24  jam, klien mengerti cara memenuhi ADL secara bertahap sesuai kemam-puan, dengan indicator :
·     Mengerti secara seder-hana cara  mandi, ma-kan, toileting, dan ber-pakaian serta mau men-coba secara aman tanpa cemas
·     Klien mau berpartisipasi dengan senang hati tanpa keluhan dalam me-menuhi ADL
NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi dan toiletting
Aktifitas:
1.     Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2.     Libatkan klien dan dampingi
3.     Berikan bantuan selama klien masih mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1.     Informasikan pada Klien dalam memilih pakaian selama perawatan
2.     Sediakan pakaian di tempat yg mudah di jangkau
3.     Bantu berpakaian yang sesuai
4.     Jaga privcy klien
5.     Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
NIC: ADL Makan
1.     Anjurkan duduk dan berdo’a bersama teman
2.     Dampingi saat makan
3.     Bantu jika klien belum mampu dan beri contoh
4.     Beri rasa nyaman saat makan
5.
Cemas orang tua b.d perkembangan  penyakit anaknya (perdarahan, lemah, rewel, sesak na-fas, gelisah)
Batasan karakteristik :
-          Orang tua sering bertanya
-          Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
-          Khawatir
-          Kewaspadaan me-ningkat
-          Mudah tersinggung
-          Gelisah
-          Wajah tegang, me-merah
-          Kecenderungan me-nyalahkan orang lain
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama         … X pertemuan kece-masan  orang tua  berku-rang, dengan kriteria :
Anxiety control (1402)
-          Tidur   adekuat
-          Tidak ada manifest-tasi fisik
-          Tidak ada manifest-tasi perilaku
-          Mencari informasi untuk mengurangi cemas
-          Menggunakan teknik relaksasi untuk me-ngurangi cemas
-          Berinteraksi social
Aggression Control (1401)
-          Menghindari kata yang meledak-ledak
-          Menghindari perila-ku yang merusak
-          Mampu mengontrol verbal
Coping (1302)
-          Mampu mengidenti-fikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
-          Mampu mengontrol verbal
-          Melaporkan stress / cemasnya berkurang
-          Mengungkapkan me-nerima keadaan
-          Mencari informasi berkaitan dengan pe-nyakit dan pengo-batan
-          Memanfaatkan du-kungan social
-
Anxiety control (1402)
-          Tidur   adekuat
-          Tidak ada manifest-tasi fisik
-          Tidak ada manifest-tasi perilaku
-          Mencari informasi untuk mengurangi cemas
-          Menggunakan teknik relaksasi untuk me-ngurangi cemas
-          Berinteraksi social
Aggression Control (1401)
-          Menghindari kata yang meledak-ledak
-          Menghindari perila-ku yang merusak
-          Mampu mengontrol verbal
Coping (1302)
-          Mampu mengidenti-fikasi pola koping yang efektif dan ti-dak efektif
-          Mampu mengontrol verbal
-          Melaporkan stress / cemasnya berkurang
-          Mengungkapkan me-nerima keadaan
-          Mencari informasi berkaitan dengan pe-nyakit dan pengo-batan
-          Memanfaatkan du-kungan sosial
Coping enhancement  (5230)
1.       Kaji respon cemas orang tua
2.       Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3.       Jelaskan orang tua tentang prosedur pemeriksaan, perawatan dan pengobatan
4.       Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit anaknya
5.       Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1         Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani prosedur
2         Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
3         Berbicara dengan pelan dan tenang
4         Membina hubungan saling percaya
5         Dengarkan   dengan penuh perhatian
6         Ciptakan suasana saling percaya
7         Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
8         Berikan peralatan / aktivitas yang  meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9         Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10     Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
DAFTAR PUSTAKA
  • Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
  •  Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
  • Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
  • Fakultas Kedokteran UGM, Demam Berdarah Dengue : Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalamTatalaksana Kasus DBD, Yogyakarta, 1999
  • Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
  • Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta, 1996
  • Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year Book, 1996
  • Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 2005
  • Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
  • Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year Book, 2000
  • Monica Ester, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian : terjemahan WHO 1997, EGC Jakarta, 1999
  • Swearingen, Pocket Guide to Medical-Surgical Nursing : terjemahan, EGC, 2000
  • Tri Atmadja DS,  Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001

peran perawat


BAB I

PENDAHULUAN




A.  Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis untuk menciptakan sumberdaya manusia berkualitas dalam rangka upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan secara menyeluruh, terpadu, merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Dalam kaitannya dengan fasilitas pelayanan kesehatan perawat memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya sumberdaya manusia yang memiliki kualitas dan kinerja yang profesional.

Peran perawat di rumah sakit khususnya di Instalasi Rawat Inap sangatlah penting. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di Rumah Sakit adalah tenaga yang paling lama berhubungan dengan pasien. Akan tetapi kinerja perawat masih banyak dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya. Hal ini tampak dari banyaknya masukan dari pasien dan keluarganya atau pengunjung tentang pelayanan Rumah Sakit terutama perawat. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan praktik keperawatan yang seharusnya senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya (Kusnanto, 2004).

Kinerja perawat saat ini dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatannya. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek




1


2






keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Asuhan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan keperawatan yang dapat memuaskan pasien.
Beberapa literatur telah mengidentifikasikan bahwa kinerja perawat berada pada rentang baik (Amriyati, Sumarni & Sutoto, 2003). Dari literatur lain juga mengatakan bahwa sebagian besar perawat mendapatkan predikat baik meskipun ada beberapa yang mendapatkan penilaian cukup, akan tetapi sudah tidak ada perawat yang mendapatkan penilaian kurang (Edi Yuwono, 2001), akan tetapi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal yang berkaitan dengan hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat. Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk hal itu diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang besar akhirnya ia dapat memiliki serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Hasibuan, 1996). Hal inilah yang nantinya akan diterapkan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora agar perawat dapat termotivasi dan berprestasi sehingga akan berpengaruh pada kinerja.

Motivasi itu sendiri begitu penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi (Hasibuan, 1996). Pihak manajemen dalam hal ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora hendaknya berupaya untuk


3






memberikan motivasi kepada perawat karena motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan, dalam hal ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora. Karena menurut Harold Koontz (1971) yang dikutip oleh Hasibuan (1996) disebutkan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan suatu tujuan. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan akan dapat meningkatan kinerja perawat agar lebih terampil dan profesional dalam bekerja.

Pentingnya kinerja perlu mendapat perhatian tersendiri bagi institusi yang memperkerjakan tenaga keperawatan. Fenomena kinerja perawat yang kurang memuaskan tersebut diakibatkan dari adanya kompensasi yang kurang baik dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora. Hal itu dapat dilihat dari absensi perwat dan kinerja mereka selama menangani pasien. Fenomena tersebut membuktikan masih kurangnya motivasi perawat dalam bekerja hal itu disebabkan oleh kurangnya kompensasi yang didapat oleh perawat. Kompensasi tersebut dapat berupa pendapatan finansial perawat, fasilitas rumah sakit, dan hubungan kinerja antar sesama perawat yang terjalin dengan baik. Dengan adanya kompensasi tersebut maka akan mendorong motivasi perawat untuk bekerja lebih baik dan kinerja perawat itu sendiri akan meningkat

Selain itu, juga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi institusi tersebut untuk membenahi hal-hal yang kurang, mengingat kinerja seseorang dapat berubah seiring dengan perubahan keadaan yang ada, sehingga pada akhirnya perawat dapat melaksanakan tugas, peran dan fungsinya secara optimal sesuai standar