Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
Asuhan Keperawatan Demam Berdarah, Contoh Asuhan Keperawatan Demam Berdarah, Makalah Asuhan Keperawatan Demam Berdarah, Demam dengue / DF adalah
penyakit yang terutama terdapat padaanak remaja atau orang dewasa,
dengan tanda – tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi
yangdisertai leukopedia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati,
demam bifasik, sakit kepala yanghebat, nyeri pada pergerakan bola mata,
rasa yang mengecap yang terganggu, trombositopenia ringandan bintik –
bintik pendarahan spontan.
Konsep Dasar Penyakit Demam Berdarah, Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
DEFINISI Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever /
DHF
) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan /atrau nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopedia dan
diatesishemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatanhematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan / syok.
Demam
dengue (dengue fever, selajutnya disingkat DF) adalah penyakit yang
terutama terdapat padaanak remaja atau orang dewasa, dengan tanda –
tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yangdisertai
leukopedia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik,
sakit kepala yanghebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa yang
mengecap yang terganggu, trombositopenia ringandan bintik – bintik
pendarahan spontan.Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang
ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengandemam, nyeri kepala, nyeri
pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam
dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja,
atau orang dewasa,dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau
sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam(rash) dan
limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada
pergerakkan bola mata,rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia
ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan(Noer, dkk,
1999).Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yangmasuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
EPIDEMIOLOGI
Demam bedarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. Indonesiamerupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Penularan infeksi virusdengue terjadi melalui
vector nyamuk genus aedes (terutama
A. aegypti
dan
A. albopictus
).Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersediannya tempat perindukan bagi nyamuk betina
yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dantempat
penampungan air lainnya).Beberapa factor diketahui berkaitan dengan
peningkatan tranmisi virus dengue yaitu :1.vector : perkembangan baikan
vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di lingkungan,transportasi
vector dari satu tempat ke tempat lain.2.pejamu : terdapatnya penderita
di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan terhadapnyamuk, usia
dan jenis kelamin.3.lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan
kepadatan penduduk.
Etiologi
- Gigitan nyamuk Aedes Aigypti
Manifestasi klinik
Manifestasi perdarahan :
Ø Uji Tourniquet dinyatakan positif apabila > / ═ 10 petekie pada diameter 1 inci 2,5 cm.
Ø Petekie, ekimosis, atau purpura
Ø Perdarahan mukosa ( epistaksis, perdarahan gusi )
Ø Hematemesis, melena
Ø Trombositopenia < 100.000/mm³ *). Biasanya mulai hari ke 3 dan kembali normal 7 – 10 hari sejak permulaan sakit.
Manifestasi kebocoran plasma :
Ø Peningkatan hematokrit > / = 20 %
Ø Penurunan hematokrit > / = 20 % setelah pengobatan
Ø Efusi pleura, asites, edema palpebra, atau hipoproteinemia (khususnya albumin)
Manifestasi Syok :
Ø Nadi lemah / kecil dan cepat
Ø Tekanan nadi menurun (, 20 mmHg )
Ø Hipotensi sesuai umur
Hipotensi
ditentukan dengan tekanan sistolik < 80 mmHg (10,7 kPa) bagi mereka
dengan usia kurang dari 5 tahun, atau < 90 mmHg (12,0 kPa) bagi
mereka yang berusia lebih atau sama dengan 5 tahun. (Monica Ester, 1999)
Ø Kulit dingin dan lembab
Ø Gelisah dan lemah
Ø Kencing < 1 cc/ Kg BB/Jam ( Oliguria )
Ø Perfusi jaringan menurun
Ø Nafas cepat dan dalam
Ø Kesadaran menurun
(Naskah
Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD, 1999)
Kriteria DBD menurut WHO (WHO, 1997) :
1. Klinis :
Ø Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
Ø Terdapat manifestasi perdarahan : RL tes positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
Ø Pembesaran hati / hepatomegali
Ø Syok
2. Laboratorium :
Ø Trombositopenia (100.000 mm³ atau kurang)
Ø Hemokonsentrasi : peningkatan hematokrit 20 % menurut standar umur dan jenis kelamin.
Derajat DBD
Derajat I
|
:
|
Demam disertai uji tourniquet positif
|
Derajat II
|
:
|
Derajat I disertai perdarahan spontan
|
Derajat III
|
:
|
Derajat II disertai kegagalan sirkulasi / syok (hipotensi, akral dingin, tekanan nadi < 20 mmHg)
|
Derajat IV
|
:
|
Derajat III disertai syok yang berat (profound syok) : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur
|
Patofisiologi
Ada
dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DBD / DSS. Pertama
adalah peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan
plasma dari kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibat-kan
hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah, dan tanda syok lain, bila
ke-hilangan plasma sangat membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan
pada hemostasis yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia, dan
koagulopati.
Temuan konstan pada DBD / DSS adalah
aktivasi system komplemen, dengan depresi besar C3 dan C5. Mediator
yang meningkatkan permeabilitas vascular dan mekanisme pasti fenomena
perdarahan yang timbul pada infeksi dengue belum teridentifikasi.
Kompleks imun telah ditemukan pada DBD tetapi peran mereka belum jelas.
Defek
trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif yaitu beberapa
trombosit yang bersirkulasi selama fase akut DBD mungkin kelelahan
(tidak mampu berfungsi normal). Karenanya, meskipun klien dengan jumlah
trombosit lebih besar dari 100.0000 mm³ mungkin masih mengalami masa
perdarahan yang panjang.
Mekanisme yang dapat
menunjang terjadinya DBD / DSS adalah peningkatan replikasi virus dalam
makrofag oleh antibody heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus
dari serotip yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody
reaktif silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan
jumlah monosit terinfeksi saat kompleks antibody-virus dengue masuk ke
dalam sel ini. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif
silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang
disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi di
media oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan plasma
dan perdarahan yang terjadi pada DBD. (Monica Ester, 1999)
Fase-fase pada DBD :
1. Fase Inkubasi : 9-11 hari
2. Fase Akut : hari ke 1-3
3. Fase Kritis : hari 4-6
4. Fase Penyembuhan : hari 7-10
Apabila setelah hari ke 7 masih terjadi kenaikan suhu badan perlu dipikirkan 3 hal :
1. Proses pirogen : karena infuse terlalu lama
2. Proses alergi
3. Proses infeksi
(Materi Pelatihan Keperawatan Profesional Dasar Anak, 2002)
Komplikasi
1. Syok
2. Sepsis
3. Ensefalopati
4. Gagal Ginjal Akut
5. Edema pulmo
6. Perdarahan GIT
7. Perdarahan Intra Kranial
8. DIC
(Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2004)
Pemeriksaan Penunjang
1. AT dan Hmt serial, Hb, Gol darah, CT, BT
2. Ro thorak : adakah efusi pleura
3. USG : kelainan vesika felea
(Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2004)
Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Memonitor vital sign
b. Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
c. Memonitor tanda dehidrasi dan overhidrasi
d. Memonitor tanda-tanda syok
e. Memonitor perdarahan dan kebocoran plasma
f. Mengelola infuse dan tranfusi
g. Memenuhi kebutuhan nutrisi
h. Mengontrol dan mengatasi demam
i. Tirah baring
j. Mengelola pemberian oksigen jika diperlukan
2. Medis
a. Terapi intravena : RL, Asering
b. Tranfusi sesuai kebutuhan : plasma , trombosit, Whole Blood
c. Antipiretik : paracetamol 10 mg/kg BB/pemberian. Tidak boleh diberikan aspirin, Proris / ibuprofen dapat memperberat trombositopenia
d. Oksigenasi jika diperlukan
e. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati, atau jika ada infeksi sekunder
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena DB ?)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4)
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori :
Ø Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal
Ø Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles
d)
Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba,
kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis
perifer, nyeri dada
e) Sistem gastrointestinal :
Ø Mulut : membran mukosa lembab / kering, perdarahan gusi
Ø Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut ?
Ø Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena
f) Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ?
g) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola percaya diri dan konsep diri
Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, viremia
2) PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,
3) Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial), hospitalisasi.
4) Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
5) Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas
6) Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru
7) Resiko kelebihan volume cairan
Rencana Keperawatan
1.
|
Hipertermi b.d, pening-katan metabolik, viremia
Batasan karakteristik :
- Suhu tubuh > nor-mal
- Kejang
- Takikardi
- Respirasi meningkat
- Diraba hangat
- Kulit memerah
|
Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama … X 24 jam suhu badan pasien normal, dengan kriteria :
Termoregulasi (0800)
- Suhu kulit normal
- Suhu badan 35,9˚C- 37,3˚C
- Tidak ada sakit kepa-la / pusing
- Tidak ada nyeri otot
- Tidak ada perubahan warna kulit
- Nadi, respirasi dalam batas normal
- Hidrasi adequate
- Pasien menyatakan nyaman
- Tidak menggigil
- Tidak iritabel / gra-gapan / kejang
|
Pengaturan Panas (3900)
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang tinggi
7. Berikan obat antipiretik
8. Berikan obat untuk mencegah atau me-ngontrol menggigil
Pengobatan Panas (3740)
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit, Hb
8. Monitor intake dan output
9. Monitor adanya aritmia jantung
10. Dorong peningkatan intake cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah klien menggigil / kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila.
18. Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut
19. Anjurkan klien memakai baju berbahan dingin, tipis dan menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah me-lakukan kegiatan perawatan klien
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik
8. Anjurkan klien minum antibiotik sesuai advis dokter
|
2.
|
PK: Syok hipovolemia b.d kebocoran plasma, perdarahan , dehidrasi
|
Setelah dilakukan tindak-an / penanganan selama 1 jam diharapkan klien mempunyai perfusi yang adekuat, dengan criteria :
Kriteria hasil :
- Amplitudo nadi perifer meningkat
- Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)
- Tekanan darah dalam rentang normal
- CVP > atau = 5 cm H2O
- Frekuensi jantung teratur
- Berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang
- Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
- Akral hangat
- Nadi teraba
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit normal
- Berat badan stabil dan dalam batas normal
- Kelopak mata tidak cekung
- Tidak demam
- Tidak ada rasa haus yang sangat
- Tidak ada napas pen-dek /kusmaul
|
1.
Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan bermakna :
ekstremitas dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian
kapiler lambat.
2. Pantau tekanan darah pada interval
sering ; waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di bawah rentang
normal klien atau indicator lain dari hipotensi : pusing, perubahan
mental, keluaran urin menurun.
3. Bila hipotensi
terjadi, tempatkan klien pada posisi telentang untuk meningkatkan aliran
balik vena. Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg untuk
perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
4.
Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan keadekuatan aliran
balik vena dan volume darah; 5-10 cm H2O biasanya dianggap rentang yang
adekuat. Nilai mendekati 0 menunjukkan hipovolemia, khususnya bila
terkait dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan peningkatan
frekuensi jantung yang ditemukan pada hipovolemia.
5.
Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah,
konfusi, penurunan tingkat kesadaran. Bila indicator positif terjadi,
lindungi klien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat tidur dan
menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah. Reorientasikan klien
sesuai indikasi.
6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak teratur.
7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.
8.
Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama
Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda
hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak
teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan edema.
9.
Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan volume vaskuler. Jenis
dan jumlah cairan tergantung pada jenis syok dan situasi klinis klien :
RL, Asering
10. Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU
(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen : 1996)
|
3.
|
Takut b.d prosedur pe-ngambilan darah, hos-pitalisasi, pengalaman / lingkungan yang kurang bersahabat. (00148)
Batasan karakteristik :
- Panik
- Teror
- Perilaku menghindar atau menyerang
- Impulsif
- Nadi, respirasi, TD sistolik meningkat
- Anoreksia
- Mual, muntah
- Pucat
- Stimulus sebagai ancaman
- Lelah
- Otot tegang
- Keringat meningkat
- Gempar
- Ketegangan me-ningkat
- Menyatakan takut
- Menangis
- Protes
- Melarikan diri
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X 24 jam rasa takut klien berkurang, dengan criteria :
Fear control (1404) :
- Klien tidak menye-rang atau menghin-dari sumber yang menakutkan
- Klien menggunakan teknik relaksasi un-tuk mengurangi takut
- Klien mampu meng-ontrol respon takut
- Klien tidak melarika diri
- Durasi takut menu-run
- Klien kooperatif saat dilakukan perawatan dan pengobatan
Anxiety control (1402)
- Tidur pasien adekuat
- Tidak ada manifes-tasi fisik
- Tidak ada manifes–tasi perilaku
- Klien mau berinter-aksi sosial
|
Coping enhancement (5230)
1. Kaji respon takut klien : data objektif dan subyektif
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3. Terangkan klien / keluarga tentang semua pemeriksaan dan pengobatan
4. Sampaikan sikap empati (diam, mem-berikan sentuhan, mengijinkan menangis, berbicara dll)
5. Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
6. Berikan pilihan yang realistic tentang aspek perawatan
7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas social dan komunitas
8. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1. Jelaskan semua prosedur termasuk pe-rasaan yang mungkin dialami selama menjalani prosedur
2. Berikan objek yang memberikan rasa aman
3. Berbicara dengan pelan dan tenang
4. Membina hubungan saling percaya
5. Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan pasien
6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7. Ciptakan suasana saling percaya
8. Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi klien dan takut secara verbal
9. Berikan aktivitas/peralatan yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
10. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
11. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan kesukaan dari rumah
12. Mengusahakan untuk tidak mengulang pengambilan darah
13. Libatkan orang tua dalam perawatan dan pengobatan
14. Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
|
4.
|
Defisit self care berhu-bungan dengan kelemah-an
|
NOC:
Perawatan diri :
(mandi, Makan Toiletting, berpakaian)
Setelah
diberi motivasi perawatan selama ….x 24 jam, klien mengerti cara
memenuhi ADL secara bertahap sesuai kemam-puan, dengan indicator :
· Mengerti secara seder-hana cara mandi, ma-kan, toileting, dan ber-pakaian serta mau men-coba secara aman tanpa cemas
· Klien mau berpartisipasi dengan senang hati tanpa keluhan dalam me-menuhi ADL
|
NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi dan toiletting
Aktifitas:
1. Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2. Libatkan klien dan dampingi
3. Berikan bantuan selama klien masih mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan pada Klien dalam memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yg mudah di jangkau
3. Bantu berpakaian yang sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
NIC: ADL Makan
1. Anjurkan duduk dan berdo’a bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan
|
5.
|
Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya (perdarahan, lemah, rewel, sesak na-fas, gelisah)
Batasan karakteristik :
- Orang tua sering bertanya
- Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
- Khawatir
- Kewaspadaan me-ningkat
- Mudah tersinggung
- Gelisah
- Wajah tegang, me-merah
- Kecenderungan me-nyalahkan orang lain
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X pertemuan kece-masan orang tua berku-rang, dengan kriteria :
Anxiety control (1402)
- Tidur adekuat
- Tidak ada manifest-tasi fisik
- Tidak ada manifest-tasi perilaku
- Mencari informasi untuk mengurangi cemas
- Menggunakan teknik relaksasi untuk me-ngurangi cemas
- Berinteraksi social
Aggression Control (1401)
- Menghindari kata yang meledak-ledak
- Menghindari perila-ku yang merusak
- Mampu mengontrol verbal
Coping (1302)
- Mampu mengidenti-fikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
- Mampu mengontrol verbal
- Melaporkan stress / cemasnya berkurang
- Mengungkapkan me-nerima keadaan
- Mencari informasi berkaitan dengan pe-nyakit dan pengo-batan
- Memanfaatkan du-kungan social
-
Anxiety control (1402)
- Tidur adekuat
- Tidak ada manifest-tasi fisik
- Tidak ada manifest-tasi perilaku
- Mencari informasi untuk mengurangi cemas
- Menggunakan teknik relaksasi untuk me-ngurangi cemas
- Berinteraksi social
Aggression Control (1401)
- Menghindari kata yang meledak-ledak
- Menghindari perila-ku yang merusak
- Mampu mengontrol verbal
Coping (1302)
- Mampu mengidenti-fikasi pola koping yang efektif dan ti-dak efektif
- Mampu mengontrol verbal
- Melaporkan stress / cemasnya berkurang
- Mengungkapkan me-nerima keadaan
- Mencari informasi berkaitan dengan pe-nyakit dan pengo-batan
- Memanfaatkan du-kungan sosial
|
Coping enhancement (5230)
1. Kaji respon cemas orang tua
2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3. Jelaskan orang tua tentang prosedur pemeriksaan, perawatan dan pengobatan
4. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit anaknya
5. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani prosedur
2 Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
3 Berbicara dengan pelan dan tenang
4 Membina hubungan saling percaya
5 Dengarkan dengan penuh perhatian
6 Ciptakan suasana saling percaya
7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
8 Berikan peralatan / aktivitas yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
|
DAFTAR PUSTAKA
- Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
- Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
- Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
- Fakultas
Kedokteran UGM, Demam Berdarah Dengue : Naskah Lengkap Pelatihan bagi
Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
dalamTatalaksana Kasus DBD, Yogyakarta, 1999
- Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta, 1996
- Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year Book, 1996
- Judith
M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 2005
- Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
- Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year Book, 2000
- Monica
Ester, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
Pengendalian : terjemahan WHO 1997, EGC Jakarta, 1999
- Swearingen, Pocket Guide to Medical-Surgical Nursing : terjemahan, EGC, 2000
- Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001